BAB
I
PENDAHULUAN
Sebuah pendekatan yang baru-baru
ini populer dengan Ecological Footprint menjadi alat ukur yang mengkaji
tingkat konsumsi manusia dan dampaknya terhadap lingkungan. Konsep "jejak
kaki ekologis" (Ecological Footprint) diperkenalkan pada tahun
1990-an oleh William Rees dan Mathis Wackernagel (Wackernagel and Rees, 1996). Ecological Footprint adalah
alat bantu untuk dapat kita pergunakan dalam mengukur penggunaan
sumberdaya dan kemampuan menampung limbah dari populasi manusia dihubungkan
dengan kemampuan lahan, biasanya dinyatakan dalam hektar. Jejak
ekologi merupakan satu sistem yang mengukur seberapa banyak tanah dan air yang
diperlukan populasi manusia untuk menghasilkan sumber yang mereka habiskan dan
menyerap limbah yang dihasilkannya. Jejak ekologi tak pernah lagi menjadi
sebuah acuan negara dalam proses pembangunan dengan melihat neraca aset-aset
alam (ekologi)
Ecological
Footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam
mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien
dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam
konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam
batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewatinya, dengan kata lain masih
dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi.
Ecological
Footprint secara sederhana dapat ditentukan dengan menelusuri
berapa besarnya konsumsi sumberdaya alam (baik berupa produk ataupun jasa),
serta sampah yang kita produksi dan disetarakan dengan area permukaan bumi yang
produktif secara biologis dalam satuan luasan hektar (ha)
Ecological
Footprint
(jejak ekologi) memang tidaklah sepopuler istilah konservasi. Sebagai sebuah
metodologi, Ecological Footprint
diperkenalkan oleh para pencinta lingkungan sebagai upaya meyakinkan masyarakat
luas atas dampak gaya hidup manusia dalam mempengaruhi dan mereduksi langsung
kemampuan bumi dalam menyediakan sumber daya alam, baik di darat maupun laut,
yang mempunyai ekosistem produktif terhadap alam dan mengkomunikasikannya
secara kuantitatif dalam bentuk yang mudah dipahami.
Analisis EF (ecological footprint)
sendiri tampaknya beranjak dari pemikiran yang sederhana, yakni kapasitas daya
dukung area (lahan) produktif (biocapacity) untuk hidup manusia. Lahan
produktif itu hanya berupa daratan dan perairan, yang sebenarnya pun tak bisa
dimanfaatkan keseluruhannya. Jadi berapa yang bisa diambil dari alam oleh
manusia untuk hidup dan berapa sampah yang harus kembali dibuang ke alam oleh
manusia dalam cakupan wilayah tertentu. Eksploitasi oleh manusia dari alam itu
bisa dalam bentuk dan berbagai macam kegiatan, misal makan, transport, energi,
dan sebagainya. Besaran area analisisnya adalah populasi penduduk yang bisa
sangat bervariasi, mulai dari individu atau keluarga, atau melebar mulai dari
kota, wilayah, negara, atau bahkan seluruh bumi. Kondisi saat
ini pun diketahui bahwa kapasitas penggunaan alam untuk hidup
manusia telah 23% melampui kemampuan regenerasi bumi itu sendiri.
Di
sisi pengguna, semakin tingginya konsumsi dari manusia diakibatkan terjangan
kepentingan industri, dimana setiap melangkahkan kaki tak akan mampu lagi
melepaskan diri dari iklan dan advertising yang membujuk untuk terus melakukan
konsumsi secara berlebih. Gaya hidup manusia digiring ke arah konsumerisme.
Semakin banyak pula penggunakan produk yang tidak diperlukan, yang pada
akhirnya meningkatkan jumlah barang yang tak tergunakan (sampah). Penggiringan
gaya hidup lainnya adalah dengan menghilangkan transportasi publik massal dan
memberikan ruang yang luas kepada publik untuk memperoleh kendaraan pribadi
secara mudah, walau menjadi tak murah. Perusahaan penyedia alat transportasi
berbahan bakar sangat difasilitasi untuk bisa hadir di negeri ini, sementara
alat transportasi publik massal tidak pernah disiapkan untuk menjadi lebih
baik. Selain meningkatkan kebutuhan akan bahan pembuat alat transportasi,
kondisi ini juga mengakibatkan meningkatnya kebutuhan bahan bakar fosil.
Dari laporan WWF yang mengtengahkan jejak
ekologi dengan judul “Ecological Footprints: A guide for local authorities”,
terbaca bagaimana EF ini bisa dimanfaatkan untuk beberapa perhitungan dalam
rangka kehati-hatian bertindak, saat ini dan waktu akan datang. Laporan dari
WWF ini menggunakan contoh Wales dan Liverpool sebagai kasusnya. Mengutip temuan
Mathis Wackernagel dkk. bahwa individu di bumi ini sat ini mengambil jatah
rata2 sekitar 2.2 ha, namun karena ada hak pula dari makhluk lain yang
dinamakan “earth share”, maka jatah manusia sebenarnya tinggal 1.87 ha. Untuk
kasus saat inis aja, penduduk bumi telah berhutang hampir 0.4 ha. Dari beberapa
laporan studi ternyata juga terlihat bahwa makin majunya sebuah negara makin
besar jejak ekologi yang harus dibayarnya. UAE 11.9, Amerika 9.5 ha, Inggris
5.45 ha, Wales 4.45 ha, Swiss 4 ha, Indonesia 1.1 ha, dan Bangladesh rata2 0.5
ha. Membacanya, untuk menuruti gaya hidup orang Amerika, maka area yang mereka
huni harus dijembarkan menjadi 9.5 kalinya sekarang :-). Mereka juga telah
mengalami apa yang dinamakan ecological deficit, sedang orang Bangladesh
boleh lah disebut memiliki ecological reserve. istilah ini digunakan
untuk membandingkan jejak ekologi dan kapasitas biologinya.
Menurut Sir
Nicholas Stern, apabila dalam jangka waktu 50 tahun mendatang (2050) gaya hidup
manusia tidak berubah dalam bersikap terhadap alam dan lingkungan, bencana
pemanasan global akan benar-benar terjadi. Intergovernmental Panel on Climate
Change memperkirakan kenaikan suhu global akan berkisar 1,6-4,2 derajat Celsius
pada 2050 atau 2070. Karena itulah, segera diperlukan perubahan gaya hidup
untuk menanggulangi bahaya perubahan iklim.
Penyebab utama
persoalan yang dihadapi manusia dan mengakibatkan kekhawatiran adalah terlampau
tingginya pengurasan sumber daya alam, tingginya kebutuhan dan gaya hidup,
serta pelepasan gas-gas rumah kaca, termasuk di antaranya karbon dioksida
(CO2), diiringi dengan lajunya pertumbuhan penduduk dunia yang semakin masif,
yang menghendaki pengurasan terhadap sumber daya alam yang lebih tinggi lagi.
Para pencinta
lingkungan berupaya meyakinkan dampak kerusakan ini dengan memberikan tolok
ukur dan alasan dasar agar gaya hidup dan konsumsi terhadap sumber daya alam
ini dapat dikurangi. Salah satu caranya, dengan cara mengukur jejak ekologi.
Analisis jejeak ekologi ini berupaya menjelaskan gambaran bahwa dampak gaya
hidup manusia akan mempengaruhi dan mereduksi langsung kemampuan serta
ketersediaan sumber daya alam, baik di darat maupun laut, yang mempunyai
ekosistem produktif. Satuan yang diberikan untuk menghitung sumber daya alam
yang produktif ini dikonversi dalam bentuk global hektare (gha). Jejak atau footprint
di sini merupakan penjumlahan total lahan yang diperlukan untuk menyediakan
makanan, perumahan, transportasi, bahan-bahan konsumsi yang lain, serta
pelayanan yang diperlukan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Jejak Ekologi Pribadi
Untuk mengukur dan mengetahui
bagaimana dampak gaya hidup kita, dapat dilakukan dengan cara menghitungnya
melalui Ecological Footprint Calculator (kalkulator jejak ekologi) . Metode ini
mempermudah kita melihat hubungan sebab akibat dari tindakan atau gaya hidup
manusia terhadap kemampuan bumi dalam menopang kebutuhannya di dunia ini secara
kuantitatif. Sehingga kita dapat mengetahui seberapa boros, seberapa banyak
kita menghasilkan limbah dan seberapa berbahaya limbah yang kita hasilkan,
hingga menyangkut penjumlahan total lahan yang diperlukan untuk menyediakan
makanan, perumahan, transportasi, bahan-bahan konsumsi yang lain, serta
pelayanan yang kita gunakan.
Menghitung Seberapa Besar Jejak Ekologiku.
A.
Transportasi
1. Dengan apa anda
bepergian hari ini?
a) Berjalan…..0
b) Bersepeda…..5
c) Dengan Angkutan
Umum….10
d) Menumpang.....15
e) Kendaraan Pribadi ….2x30
(Kalikan setiap skor dengan berapa sering metode tsb dipakai dalam satu hari dan kemudian di
total.)
Nilaiku 60
B.
Penggunaan Air
1. Seberapa banyak
air yang digunakan?
a) Tidak mandi….0
b) Mandi, 1-2 menit. ….5
c) Mandi, 3-6 menit.…2x10
d) Mandi, 10 min …20
e) Mandi dengan
air satu bath tub penuh….20
f) Mandi dengan
air setengah bath tub….10
g) Mandi dengan
air bekas orang lain….10
h) Menggosok gigi
dg air kran tetap mengucur….5
i)
Mencukur kumis/jenggot dengan air kran tetap mengucur….5
Nilaiku
20
C.
Berpakaian
1. Saya
menggunakan pakaian lebih dari sekali sebelum di cuci?
a) Sering….0
b) Kadang-kadang….5
c)
Tidak pernah….10
2. Saya
menggunakan pakaian bekas (yg diperbaiki)
a) iya….(-5)
b) tidak….0
3. Saya
memperbaiki baju saya sendiri?
a)
ya….(-5)
b) Tidak….0
4. 50% dari baju saya adalah baju turunan? a)
ya….(-5) b) tidak….0
5. Saya
membersihkan dan mengeringkan baju?
a) none….0
b) 1-5 lembar….10
c)
lebih dari 6
lembar….20
Nilaiku
25
D.
Rekreasi
Mengenali
permainan, olahraga, dan aktivitas dimana saya terlibat, pada hari biasa di waktu
senjang.
1. Seberapa banyak
peralatan yg diperlukan ?
a)
tidak ada atau
sedikit..0
b) beberapa….1x 10
c) cukup banyak….20
2. Seberapa luas
lahan yg dibutuhkan untuk bermain di lapangan, dataran es, kolam renang, untuk memenuhi kebutuhan rekreasi anda?
a)
tidak ada atau
sedikit….0
b) sedang (<1 hektar) 1x 10
c) cukup besar (>hektar)…20
3. Saya
menghabiskan uang hari ini untuk belanja (pakaian, baju, peralatan olahraga)?
a) Tidak ada….0
b)$5…5
c)$10…10
c)$10+…1 pt. per dollar
Nilaiku
10
E.
Makanan
1.
Berapa porsi daging yang dimakan sehari?
a) 0….0
b) 1 porsi….1x 10
c) 2 porsi….20
d) 3 porsi….30
2.
Seberapa banyak makan bersisa di piring?
a) tidak ada…1x 0
b) sedikit….5
c) cukup banyak….10
3.
Saya mengkonsumsi campuran sisa sayur dan buah?
a) ya….0
b)
tidak….1x 10
4.
Makanan yg saya makan adalah makanan lokal?
a)
semuanya….0
b) beberapa...1x
10
c) tidak ada….20
5.
Makanan yg saya makan adalah produk organik?
b)
beberapa..1x 10
c) tidak ada….20
6.
Makanan yg dikonsumsi dibunkus plastik/kertas?
a) Tidak….0
b) beberapab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar